Pulau Sumatera dari kejauhan (sumber : dok. pribadi) |
Halo penduduk pulau Jawa! Ada yang mau ke Bandar Lampung? Mau ke Bandar Lampung tapi bingung akses menuju kesana? Simak entri berikut ya!
Sebenarnya, akses menuju ujung bawah pulau Sumatera ini mudah kok. Ada banyak alternatif moda transportasi darat-laut dan udara yang bisa kita gunakan. Kalau mau cepat sampai ada berbagai pilihan pesawat terbang dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta (CGK) menuju Bandara Radin Inten II Bandar Lampung (TKG). Harga tiket pesawat CGK-TKG mulai dari 210ribu-an, belum termasuk ongkos taksi menuju bandara dan menuju kota karena bandara di Lampung ini letaknya lumayan jauh dari kota. Kalau mau yang lebih murah ada jalur darat-laut bisa ditempuh menggunakan bis antar provinsi, bis DAMRI, atau bisa juga ngeteng.
Sudah pernah dengar kata ngeteng sebelumnya? Sejujurnya saya juga baru dengar kata ngeteng ini dari teman kuliah saya. Ngeteng adalah istilah yang digunakan untuk perjalanan menuju suatu tempat dengan menggunakan beberapa macam kendaraan secara sambung-menyambung. Misalnya perjalanan dari Jakarta ke Bandar Lampung ditempuh dengan menggunakan KRL, kereta lokal, kapal laut, bis dan BRT secara sambung menyambung.
Di entri saya kali ini sebenarnya saya mau berbagi pengalaman ngeteng saya dari Pondok Betung ke Bandar Lampung yang sangat berkesan bagi saya. Kenapa berkesan? Karena perjalanan yang cukup jauh ini ternyata hanya menghabiskan biaya 50 ribuan saja.
Jadi ceritanya akhir Januari 2016 kemarin saya diajak teman saya, Fifi (Kak Fi), kondangan di Bandar Lampung. Rencana awalnya sih kami mau naik DAMRI dari Gambir. Berhubung tarif DAMRI dari Gambir-Bandar Lampung lumayan menguras kantong untuk anak kos macam kami, jadi kami memutuskan untuk coba-coba ngeteng ke Bandar Lampung. Berbekal googling dan saran dari teman yang asli Lampung, kami berdua akhirnya nekat berangkat. Kami berangkat pagi agar bisa mengejar kereta api lokal pagi menuju Merak yang hanya tersedia dua kali perjalanan, pagi dan siang.
-Dari kos-kosan menuju tempat mangkal angkot di dekat kantor kelurahan Pondok Betung kami jalan kaki sejauh kurang lebih 300 meter dengan biaya Rp.0
-Dari tempat mangkal angkot menuju stasiun Pondok Ranji kami menaiki angkot 08 dengan biaya Rp. 4.000,00/orang
-Dari stasiun pondok Ranji kami menunggu KRL tujuan Parung Panjang untuk bisa naik kereta lokal Patas Merak. Sebenarnya KA Lokal Patas Merak ini berhenti juga di stasiun Kebayoran dan Serpong yang notabene lebih dekat dengan stasiun Pondok Ranji. Tapi menurut saran dari teman, kita memilih stasiun yang lebih jauh karena pada jam-jam sepagi itu biasanya kereta Patas Merak masih ramai terisi di Kebayoran dan Serpong. Rencananya kami akan menaiki KRL Tanah Abang-Maja, sayangnya kami kesiangan. Kamipun membeli tiket KRL menuju stasiun Parung Panjang seharga Rp. 2.000,00/orang.
KRL sepi (sumber : dok. pribadi) |
Sampai di stasiun Parung Panjang kami memesan tiket KA Patas Merak menuju stasiun Merak seharga Rp. 8.000/orang. Sembari menunggu kereta datang, kami berdua nyabu (nyarapan bubur) diluar stasiun. Kalau tidak salah harga bubur ayam depan stasiun ini Rp. 7.000/mangkuk. Fyi, di depan stasiun Parung Panjang ini ada sebuah pasar lho, jadi sambil nunggu kereta harusnya bisa lah ya belanja-belanja dulu, hehe. Tapi karena was-was keretanya tiba-tiba datang, kamipun segera masuk ke stasiun kembali segera setelah selesai makan.
KA Patas Merak (sumber : dok. pribadi) |
Keretapun datang terlambat setengah jam dari jadwal seharusnya. Perjalanan dari Parung Panjang ke Merak memakan waktu kurang lebih 3 jam ditemani pemandangan sawah yang hijau dan alunan lagu-lagu sunda. Sampai di stasiun Merak kami sempat bingung kemana arah menuju pelabuhan. Ternyata stasiun Merak dan dermaga pelabuhan Merak terhubung oleh tangga. Wah! Kami hanya perlu naik tangga untuk menuju loket tiket kapal dan TARAAAA tiket seharga Rp. 13.000/orang menuju pulau seberang sudah di tangan.
Sesudah mengantongi tiket kapal kami dibuat bingung lagi karena dengan polosnya kami sudah menyerahkan tiket kami pada petugas untuk kapal di dermaga I padahal kami masih akan sholat dulu di mushola pelabuhan. Kapal di dermaga I sudah berangkat sewaktu kami selesai sholat. Dengan bantuan bapak penjaga toilet dan mushola pelabuhan, kami dibantu untuk mendapat tiket lagi dan dapat naik melalui dermaga III tanpa membayar lagi.
Alhamdulillah, kami malah dapat kapal yang katanya paling bagus diantara kapal-kapal lain yang beroperasi antara pelabuhan Merak-Bakauheni, KM. Portlink III. Kami sempat ragu, benar ini cuma seharga Rp. 13.000,00? Semua fasilitas di kapal ini gratis. Ada masjid yang bersih dan luas, tempat istirahat yang banyak dan gratis, pramugari kapal yang ramah, dan sebagainya.
Cafetaria kapal KM. Portlink III |
Tempat Wudhu KM. Portlink III |
Masjid KM. Portlink III |
Tempat istirahat yang sepi, padahal gratis~ |
Ada ruang cuci tangan juga |
Perjalanan laut dari Merak ke Bakauheni ditempuh selama 2 jam. Sesampainya di pelabuhan Bakauheni kami langsung mencari bis tujuan terminal Rajabasa. Perjalanan dari pelabuhan Bakauheni menuju terminal Rajabasa ditempuh kurang lebih 2,5 jam dengan biaya Rp. 23.000,00 untuk bis non AC. Ada tips dari teman saya: siapkan uang receh anda sebelum naik bis dari Bakauheni menuju Rajabasa karena akan ada banyak pengamen diatas bis yang katanya akan menyindir penumpang jika tidak diberi sepeser rupiahpun.
Dari terminal Rajabasa ke tujuan anda di Bandar Lampung anda dapat naik BRT (trans Lampung) dengan tarif sekitar Rp. 5.000,00 atau bisa juga naik angkot. Tapi karena sebelum sampai di Rajabasa kami turun dan dijemput oleh kerabat, kami belum sempat merasakan BRT maupun angkot di Bandar Lampung.
Biaya ngeteng Pondok Betung-Bandar Lampung :
-Angkot : Rp. 4.000
-KRL (Pd. Ranji-Parung Pjg) : Rp. 2.000
-KA Patas Merak (Parung Pjg-Merak : Rp. 8.000
-Kapal laut (Merak-Bakauheni) : Rp. 13.000
-Bis (Bakauheni-Rajabasa) : Rp. 23.000
-BRT : RP. 5.000
____________ +
Total : Rp. 55.000
Bagaimana? Tertarik ngeteng ke Bandar Lampung? Selamat mencoba, semoga selamat sampai tujuan ^^
Panjang, 5 Maret 2016
Andika Fauziah Hapsari